DEPOK- Ajaran doktrin Negara Islam Indonesia (NII) dengan mudah masuk dan diterima oleh generasi muda dengan cara cuci otak. Ketua Tim Rehabilitasi NII Crisis Sukanto menuturkan, dia pertama kali didekati orang NII pada tahun 1996.
Baru lulus dari SMU, Sukanto berniat mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di salah satu universitas negeri. Disitulah dia berkenalan dengan seseorang yang berasal dari kelompok NII.
“Di sebuah pengajian di Pondok Labu, sejak saat itu saya ditemui terus tiap hari dan didoktrin soal meyakini NII, pertemuan tahap kedua, saya sudah diajari soal kekinian, dimana NKRI itu kafir dan harus hijrah ke NII supaya Islam bisa beribadah dengan baik,” kata mantan Aktifis NII itu dalam kuliah umum “Bahaya NII” (Modus Operandi dan Kiat Keluar Jeratan NII) di Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Kamis (05/05/11).
Setidaknya, Sukanto menyebutkan beberapa modus perekrutan yang biasa dilakukan kader NII. Antara lain mengajak kerja atau mencarikan kerja.
“Kepada seseorang yang mencari kerja atau lowongan biasanya mudah masuk ke mereka, selain itu bertemu teman yang membutuhkan masukan tentang buku yang sedang ditulisnya, menyebar kuestioner dengan alasan penelitian, telepon acak lewat jaringan alumni SMU, pesan singkat (sms) berantai untuk menampung respon serta menggunakan jalur dunia maya,” jelasnya.
Karakteristik perekrut, ujar Sukanto, antara lain menggunakan empat orang jamaah, satu orang pembawa dan dua orang penggembira serta satu perekrut. Pembawa bertugas menentukan target, mengawal serta memotivasi calon jamaah.
“Selanjutnya pembawa berpura-pura sebagai calon jamaah yang juga baru diajak. Umumnya perekrut melakukan “screening” lewat dialog tentang gerakan sesat untuk mengukur pengetahuan calon jamaah tentang NII,” tandasnya.
Baru lulus dari SMU, Sukanto berniat mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di salah satu universitas negeri. Disitulah dia berkenalan dengan seseorang yang berasal dari kelompok NII.
“Di sebuah pengajian di Pondok Labu, sejak saat itu saya ditemui terus tiap hari dan didoktrin soal meyakini NII, pertemuan tahap kedua, saya sudah diajari soal kekinian, dimana NKRI itu kafir dan harus hijrah ke NII supaya Islam bisa beribadah dengan baik,” kata mantan Aktifis NII itu dalam kuliah umum “Bahaya NII” (Modus Operandi dan Kiat Keluar Jeratan NII) di Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Kamis (05/05/11).
Setidaknya, Sukanto menyebutkan beberapa modus perekrutan yang biasa dilakukan kader NII. Antara lain mengajak kerja atau mencarikan kerja.
“Kepada seseorang yang mencari kerja atau lowongan biasanya mudah masuk ke mereka, selain itu bertemu teman yang membutuhkan masukan tentang buku yang sedang ditulisnya, menyebar kuestioner dengan alasan penelitian, telepon acak lewat jaringan alumni SMU, pesan singkat (sms) berantai untuk menampung respon serta menggunakan jalur dunia maya,” jelasnya.
Karakteristik perekrut, ujar Sukanto, antara lain menggunakan empat orang jamaah, satu orang pembawa dan dua orang penggembira serta satu perekrut. Pembawa bertugas menentukan target, mengawal serta memotivasi calon jamaah.
“Selanjutnya pembawa berpura-pura sebagai calon jamaah yang juga baru diajak. Umumnya perekrut melakukan “screening” lewat dialog tentang gerakan sesat untuk mengukur pengetahuan calon jamaah tentang NII,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar